Unik Asik_Pemerintah Cina melarang Muslim di Provinsi Xinjiang untuk beribadah puasa selama bulan Ramadan. Menurut Hindustan Times, para pejabat pemerintah di Xinjiang yang juga anggota Partai Komunis diminta untuk menghalangi etnis muslim Uighur untuk mendatangi masjid dan beribadah. Bahkan, demi mendorong warga Uighur tidak puasa, pemerintah mendesak pemimpin partai di provinsi tersebut untuk memberikan hadiah berupa makanan kepada para kepala desa. Hal tersebut untuk memastikan bahwa mereka makan selama Ramadan.
""Komite Partai Komunis telah mengeluarkan kebijakan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas sosial selama Ramadan. Dilarang bagi kader Partai Komunis, pegawai pemerintah termasuk pensiunan dan siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas religi selama Ramadan,"" tulis pernyataan dalam situs kota Zonglang di distrik Kashgar Xinjiang.
Pemerintah daerah lain di Xinjiang juga mendesak pihak sekolah untuk melarang siswa mengunjungi masjid kala Ramadan. Kisah tragis soal puasa di Xinjiang memang dihadapi siswa di semua tingkatan. Tahun lalu, para dosen di sebuah kampus ilmu pendidikan di Kota Kashgar memaksa mahasiswanya makan siang saat Ramadan.
Kebijakan tak masuk akal lainnya dibebankan kepada para pemilik restoran. Untuk memaksa warga Uighur santap siang pada hari Ramadan, Partai Komunis di kawasan Xinjiang memaksa semua restoran tetap buka. Jika ketahuan tutup, pemilik restoran akan didenda hingga US$ 780 atau setara Rp 7,4 juta.Akibatnya, seluruh restoran terpaksa tetap buka pada hari Ramadan meski tak ada pelanggan yang datang. "Mereka tak ingin mendapat masalah," ucap seorang dokter muda yang menolak disebut namanya. Sebuah kompromi pun dilakukan di salah satu restoran.
"Kokinya memasak satu menu meski ia tak mencicipi saat membuatnya," ujar sang dokter. Kebijakan saat Ramadan di Xinjiang terasa semakin menyesakkan setiap tahun. "Ini sudah berlangsung sejak 1993, dan terus memburuk," tutur Tursun Ghupur, penduduk Kashgar yang kini menetap di Beijing. "Warga biasa memang masih bisa menikmati ibadah puasa saat Ramadan, tapi bagi pegawai negeri dan siswa, ini adalah neraka."
Larangan berpuasa selama Ramadan ini tidak ayal menimbulkan kecaman di kalangan masyarakat Uighur. Kelompok HAM Uighur, Kongres Uighur Dunia khawatir larangan Pemerintah Cina akan memicu konflik dan bentrokan baru di Provinsi Xinjiang. ""Dengan melarang berpuasa selama Ramadhan, Cina menggunakan metode administratif untuk memaksa etnis Uighur makan demi membatalkan puasa,"" kata Dilshat Rexit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, di luar negeri.
Suku Han,etnis mayoritas Cina
Xinjiang yang terletak di Barat Laut Cina adalah rumah bagi sembilan juta kaum muslim Uighur. Namun populasi penduduk muslim di Xinjiang semakin terdesak oleh kedatangan suku Han, etnis mayoritas Cina. Kondisi rawan konflik ini semakin diperparah oleh kebijakan pemerintahan Cina yang membatasi kebebasan beragama warga muslim Uighur. Konflik berdarah pun pecah pada Juli 2009. Warga Uighur dilaporkan menyerang warga Han di Kota Urumqi. Warga Han yang tak terima pun membalas. Akibat insiden ini, 200 warga tewas dan 1.700 lainnya terluka, sebagian besar korban berasal dari etnis Uighur.
Juni lalu, polisi menyerbu sebuah madrasah yang mengajarkan Alquran di wilayah ini. Sebanyak 17 orang, 12 di antaranya anak-anak, terluka saat polisi menggunakan bom untuk mendobrak masuk. Muslim Uighur juga sering dituduh sebagai pemicu separatisme dan terorisme. Kemarin, diberitakan Reuters, sebanyak 20 orang etnis Uighur divonis penjara hingga 20 tahun atas tuduhan tersebut. Cina menuduh mereka adalah salah satu anggota separatis yang ingin mendirikan negara merdeka Turkistan Timur.
Para analis menilai kebijakan ini diambil karena Xinjiang merupakan aset yang sangat berharga. Posisinya yang strategis di Asia Tengah berpadu dengan kekayaan alam berupa minyak dan gas yang berlimpah. Walhasil, Cina yang dikuasai penduduk Han berupaya merebut kawasan ini. Jika pada 1940 jumlah penduduk Han hanya 5 persen, kini jumlah mereka mencapai 40 persen.(tempo/riau pos)